Baru saja dipublikasikan
Javanese Politeness Experience as Depicted in Its Speech Levels of the Transactional Communication Image
Journal article

Javanese Politeness Experience as Depicted in Its Speech Levels of the Transactional Communication

Indonesian Uncertainty on Tourism Components in the New Normal Period and the Ability to Travel Soon Image
Journal article

Indonesian Uncertainty on Tourism Components in the New Normal Period and the Ability to Travel Soon

Javanese Politeness Experience as Depicted in Its Speech Levels of the Transactional Communication Image
Javanese Politeness Experience as Depicted in Its Speech Levels of the Transactional Communication Image
Journal article

Javanese Politeness Experience as Depicted in Its Speech Levels of the Transactional Communication

Indonesian Uncertainty on Tourism Components in the New Normal Period and the Ability to Travel Soon Image
Indonesian Uncertainty on Tourism Components in the New Normal Period and the Ability to Travel Soon Image
Journal article

Indonesian Uncertainty on Tourism Components in the New Normal Period and the Ability to Travel Soon

Paling banyak dilihat
Pertumbuhan dan Perkembangan Budaya Arab pada Masa Dinasti Umayyah Image
Journal article

Pertumbuhan dan Perkembangan Budaya Arab pada Masa Dinasti Umayyah

Dinasti Umayyah adalah sebuah rezim pemerintahan Islam yang berada di bawah kekuasaan keluarga Umayyah yang berlangsung dari tahun 661 sampai dengan tahun 750 Masehi. Pendiri dinasti ini adalah Muawiyah (661-680), putra Abu Sufyan yang pernah menentang Rasulullah saw, tetapi kemudian masuk Islam setelah kota Mekah ditaklukkan oleh pasukan Islam dari Madinah. Pada mulanya, Muawiyah adalah gubernur Syria yang berkedudukan di Damaskus. Ia memberontak kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib, hingga Ali wafat dibunuh oleh orang Khawarij. Pengikut Ali kemudian mengangkat Hasan, putra sulung Ali Ibn Abi Thalib, sebagai khalifah baru, tetapi Hasan yang tidak ingin berkonflik dengan Muawiyah, lalu mengikat perjanjian damai dengan pihak Muawiyah yang pada akhirnya Muawiyah menjadi penguasa tunggal masyarakat Muslim waktu itu. Keluarga Hasan hidup mengasingkan diri sebagai orang biasa, tetapi kaum Umayyah terus mem-burunya dan pada akhirnya Hasan wafat karena diracun (Ali, 1978:472). Muawiyah Ibn Abi Sufyan memindahkan ibukota negara dari Madinah ke Damaskus, Syria, tempat ia berkuasa tatkala menjadi gubernur. Ia juga mengganti sistem pemerintahan dari sistem demokrasi ke sistem monarki (Yatim, 1999:42). Kendati Muawiyah memper-oleh kekuasaannya dengan cara arbitrasi yang curang dan melalui perang saudara di Shiffin pada tahun 657 Masehi, tetapi ia memiliki karier dan prestasi politik yang menakjubkan. Keberhasilan Muawiyah mendirikan dinasti Umayyah bukan hanya akibat dari kemenang-an diplomasi di Shiffin dan terbunuhnya Khalifah Ali, tetapi juga karena sejak semula sudah memikiki “basis rasional” yang solid bagi landasan pembangunan politiknya di masa depan, yaitu dukungan kuat dari penduduk Syria dan dari keluarga Umayyah sendiri. Di samping itu, Muawiyah juga seorang administrator ulung yang berhasil menempatkan tokoh-tokoh penting dalam posisi-posisi strategis (Mufrodi, 1997:69-70).
Hikayat Amir Hamzah: Jejak dan Pengaruhnya dalam Kesusastraan Nusantara Image
Journal article

Hikayat Amir Hamzah: Jejak dan Pengaruhnya dalam Kesusastraan Nusantara

Dalam kesusastraan Melayu klasik, terdapat sejumlah cerita yang dapat dikategorikan sebagai cerita pahlawan Islam, misalnya Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Amir Hamzah (selanjutnya disingkat HAH) dan Hikayat Muhammad Hanafiyyah (Winstedt, 1940: 63-68, Iskandar, 1995:127-148). Ketiga hikayat itu mempunyai struktur asasi sebuah hikayat Melayu sebagai berikut (Brakel, 1975: 76-77): tergolong sebagai karya sastra yang ditulis dalam huruf Jawi (huruf Arab, bahasa Melayu); pengarang tidak diketahui (anonim); menceritakan kisah-kisah yang menakjubkan; disalin dari satu naskah ke naskah lain; sewaktu menyalin si penyalin bebas mengubah, menambah, dan mengurangi hal-hal yang dianggapnya perlu. Ketiga hikayat itu dikategorikan sebagai hikayat pahlawan Islam karena berisi perjuangan tokoh utama yang mencurahkan hidupnya untuk menegakkan Islam (artinya ia turut serta dalam menyebarkan, menjaga, mempertahankan, dan membela agama Islam) (Dipodjojo, 1981: 122).
Disarankan Untuk Anda
The Improvement of Kampong as an Instrument to Mitigate Floods in Surabaya Image
Journal article

The Improvement of Kampong as an Instrument to Mitigate Floods in Surabaya

The improvement of kampong –a residential area Inhabited mostly by thelower classin a town or city - was one of the efforts to prevent flood in the city of Surabaya. The effortwas not only related to its contribution to minimize the flood butit also hadmany aspects. The serious attention to kampong improvement from the Dutch colonial government only appeared in the second decade of the 20th century. When the city of Surabaya wasoccupied byJapanese troopsfrom March 8th, 1942 untill the independence revolution, the attention tothe kampong improvementstopped and many kampongs were destroyed bythe war. An effort to restore them resumed in 1950s when everything retuned to normal. To intensify the program of kampong improvement, the W.R. Supratman projectwas launched following the establishment of Kampong Improvement Project (KIP). One of the criteria to determine a kampong that needed to be restored is whether itwas always flooded or not. Nevertheless, the kampong improvementdidnot really solve the flood problem thoroughly. However, anevaluation shows that this project has madea significant contribution to minimizing the flood in the city of Surabaya.
Baca artikel lainnya