Recently Published
Most Viewed
Kompetensi Guru dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Tik) di SD Negeri 16 Banda Aceh Image
Journal article

Kompetensi Guru dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Tik) di SD Negeri 16 Banda Aceh

Perkembangan TIK melaju begitu cepat bahkan telah merambah ke semua sektor kehidupan masyarakat. Sebagai seorang guru profesional kita dituntut harus memiliki kemampuan untuk menguasai teknologi tersebut. Hal itu telah ditetapkan dalam Permendiknas nomor 16 tahun 2007, ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru diantaranya kompetensi pedagogik, profesional, individual, dan sosial. Yang dimaksudkan kompetensi guru dalam penelitian ini yaitu kompetensi pedagogik, dalam kompetensi pedagogik dinyatakan bahwa seorang guru harus mampu menggunakan serta memanfaatkan TIK guna untuk kepentingan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kompetensi guru dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis TIK di SD Negeri 16 Banda Aceh. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai sarana untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana kriteria pemilihan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Pengolahan data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Subjek penelitian ini terdiri dari enam orang guru yaitu guru kelas I s/d VI. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 dan 18 Januari 2017 di SD Negeri 16 Banda Aceh.Berdasarkan hasil analisis data dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, guru sudah cukup baik dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis TIK, namun masih dibutuhkan banyak bimbingan dalam mengakses langsung media dari internet. Kedua, guru yang kurang mampu menggunakan TIK disebabkan oleh faktor usia. Ketiga, guru yang kurang mampu menggunakan TIK masih terikat dengan media konvensional yang ada di lingkungan sekitar.Simpulan penelitian ini yaitu kompetensi yang dimiliki oleh guru dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis TIK sudah cukup baik. Namun masih diperlukan banyak bimbingan dalam mencari media dan sumber belajar dari internet. Disarankan untuk pihak sekolah agar lebih meningkatkan lagi pengadaan bimbingan mengenai TIK bisa melalui pelatihan, seminar, bahkan lokakarya, sehingga beberapa kendala dalam pemanfaatan TIK sebagai media pembelajaran dapat diatasi.
Kendala Guru dalam Menerapkan Penilaian Autentik di SD Kabupaten Pidiekendala Guru dalam Menerapkan Penilaian Autentik di SD Kabupaten Pidie Image
Journal article

Kendala Guru dalam Menerapkan Penilaian Autentik di SD Kabupaten Pidiekendala Guru dalam Menerapkan Penilaian Autentik di SD Kabupaten Pidie

Dalam konteks persoalan penilaian autentik, yang dapat dilakukan oleh guru adalah menerapkan penilaian autentik. Penelitian ini berupaya mengungkapkan kendala guru dalam menerapkan penilaian autentik di SD Kabupaten Pidie. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) penerapan penilaian autentik di SD kabupaten Pidie, (2) kendala guru dalam menerapkan penilaian autentik di SD kabupaten Pidie, dan (3) upaya apa untuk mengatasi kendala guru dalam menerapkan penilaian autentik di SD kabupaten Pidie. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik observasi (pengamatan) yang diteapakan adalah teknik berpartisipasi (non-participant observation). Dalam melakukan observasi (pengamatan), peneliti bertindak sebagai pengamat penuh tanpa terlibat dalam menerapkan penilaian autentik. Selain itu didukung dengan teknik wawancara, teknik wawancara adalah dengan mewawancarai 15 orang guru kelas. Agar data hasil wawancara dapat terpercaya, peneliti menggunakan alat bantu perekam berupa alat tulis dan media elektronik seperti HP. Peneliti juga mengambil dokumen dari guu berupa RPP, rekap penilaian siswa serta rekapitulasi hasil rapor. Selanjutnya seluruh datadiolah dengan tahapan anlisis data kualitatif yaitu reduksi data, model data (data display), penarikan/verifikasi kesimpulan dan triangulasi, yakni teknik pemeriksaan keabsahan satuan data dengan memanfaatkan parameter satuan data yang lain. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2016. Berdasarkan hasil analisis data, temuan peneliti ini dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, kendala yang dialami oleh guru-guru di SD Kabupaten Pidie adalah banyaknya aspek yang harus dinilai dalam penilaian Kurikulum 2013. Kedua, penilaian dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran, sehingga membuat proses belajar mengajar menjadi kurang efektif. Ketiga, guru merasa terbebani karena harus menjumlahkan setiap nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan lalu mendeskripsikan nilai yang didapat tersebut per mata pelajaran. Simpulan penelitian ini adalah Penilaian Auntentik dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan meliputi seluruh aspek domain penilain. Penilaian ini cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik yang memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya. Untuk mengatasi kendala tersebut diharapkan ruang lingkup pada penilaian dapat diperkecil. Dan guru-guru berharap Pemerintah memberikan pelatihan yang lebih dalam lagi kepada guru-guru yang belum memahami Kurikulum 2013. Kata Kunci: Kendala, Penilaian Autentik ABSTRAK Dalam konteks persoalan penilaian autentik, yang dapat dilakukan oleh guru adalah menerapkan penilaian autentik. Penelitian ini berupaya mengungkapkan kendala guru dalam menerapkan penilaian autentik di SD Kabupaten Pidie. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) penerapan penilaian autentik di SD kabupaten Pidie, (2) kendala guru dalam menerapkan penilaian autentik di SD kabupaten Pidie, dan (3) upaya apa untuk mengatasi kendala guru dalam menerapkan penilaian autentik di SD kabupaten Pidie. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik observasi (pengamatan) yang diteapakan adalah teknik berpartisipasi (non-participant observation). Dalam melakukan observasi (pengamatan), peneliti bertindak sebagai pengamat penuh tanpa terlibat dalam menerapkan penilaian autentik. Selain itu didukung dengan teknik wawancara, teknik wawancara adalah dengan mewawancarai 15 orang guru kelas. Agar data hasil wawancara dapat terpercaya, peneliti menggunakan alat bantu perekam berupa alat tulis dan media elektronik seperti HP. Peneliti juga mengambil dokumen dari guu berupa RPP, rekap penilaian siswa serta rekapitulasi hasil rapor. Selanjutnya seluruh datadiolah dengan tahapan anlisis data kualitatif yaitu reduksi data, model data (data display), penarikan/verifikasi kesimpulan dan triangulasi, yakni teknik pemeriksaan keabsahan satuan data dengan memanfaatkan parameter satuan data yang lain. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2016. Berdasarkan hasil analisis data, temuan peneliti ini dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, kendala yang dialami oleh guru-guru di SD Kabupaten Pidie adalah banyaknya aspek yang harus dinilai dalam penilaian Kurikulum 2013. Kedua, penilaian dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran, sehingga membuat proses belajar mengajar menjadi kurang efektif. Ketiga, guru merasa terbebani karena harus menjumlahkan setiap nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan lalu mendeskripsikan nilai yang didapat tersebut per mata pelajaran. Simpulan penelitian ini adalah Penilaian Auntentik dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan meliputi seluruh aspek domain penilain. Penilaian ini cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik yang memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya. Untuk mengatasi kendala tersebut diharapkan ruang lingkup pada penilaian dapat diperkecil. Dan guru-guru berharap Pemerintah memberikan pelatihan yang lebih dalam lagi kepada guru-guru yang belum memahami Kurikulum 2013.
Suggested For You
Penggunaan Buku Cerita Bergambar Dalam Pengembangan Bahasa Anak Pada Tk a Di Banda Aceh Image
Journal article

Penggunaan Buku Cerita Bergambar Dalam Pengembangan Bahasa Anak Pada Tk a Di Banda Aceh

Gambar merupakan media yang dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan anak, salah satunya terdapat pada buku cerita bergambar. Setiap anak memiliki kemampuan bahasa yang berbeda, termasuk dalam memahami cerita bergambar ataupun bentuk-betuk huruf yang mewakili cerita yang terdapat didalam buku bergambar.Ternyata masih terdapat anak yang belum mampu menyampaikan kembali isi cerita dengan kemampuannya sendiri. Hal ini tentunya belum sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak usia 4-5 tahun pada Permendikbud No 137 tahun 2014. Selain itu juga terdapat beberapa guru yang kurang dapat memanfaatkan aktifitas membaca buku cerita sebagai sarana mengembangkan bahasa anak. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana penggunaan buku cerita bergambar dalam pengembangan bahasa anak pada TK A di Banda Aceh?.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan buku cerita bergambar dalam pengembangan bahasa anak pada TK A di Banda Aceh.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang dilakukan oleh guru terhadap penggunaan buku cerita bergambar dalam pengembangan bahasa anak pada TK A di Banda Aceh, diantaranya: 1) Guru melakukan pengembangan kemampuan bahasa anak dengan cara meminta anak mengulang cerita menggunakan buku cerita bergambar sehingga minat dan kemampuan bahasa anak menjadi lebih baik, 2) Guru hanya terfokus dalam penyampaian isi cerita bukan terhadap pengembangan kemampuan bahasa anak sehingga minat anak terhadap buku cerita menjadi berkurang serta mengakibatkan kemampuan bahasa anak kurang berkembang, 3) Guru menggunakan buku cerita bergambar ketika tidak ada lagi kegiatan pembelajaran dikarenakan sistem pembelajaran terfokus pada hafalan surah dan doa, hal tersebut berdampak terhadap minat serta kemampuan bahasa anak yang tidak terarahkan dengan baik. Simpulan penelitian ini adalah peran guru sangat berpengaruh terhadap tingginya tingkat kemampuan bahasa anak yang mana hal tersebut dapat diraih jika guru dapat memanfaatkan penggunaan buku cerita bergambar dalam pengembangan bahasa anak.
Read more articles